Kamis, 07 Mei 2009

Jenis Limbah dan BahayaNya

Jenis Limbah dan bahayanya

  1. Limbah Asam

Asam dapat menyebabkan luka pada kulit, selaput lendir, selaput mata dan saluran pernafasan.

  1. Limbah Basa

Bahan – bahan basa seperti ammonium hidroksida, potassium hidroksida, sodium hidroksida, sodium sianida, sodium karbonat, sodium pryophospat, sodium silikat dan trisodium phispat tidak begitu berbahaya bagi sistem saluran pernafasaan tetapi dapat mengiritasi kulit.

  1. Limbah Garam dan Senyawa Lainnya

Sianida sangat beracun dan dapat mematikan bila tertelan. Menyebabkan iritasi kerongkongan, pusing, mabuk, mual, lemah dan sakit kepala dan bahkan berhenti bernafas.

Sumber Limbah Cair

Limbah cair industri pelapisan bermacam – macam, bersifat asam atau basa yang mengandung sianida beracun dan logam. Sumber limbah berupa larutan di dalam bejana itu sendiri atau air bilasan. Sumber utama air limbah adalah larutan pembilas yang agak encer, dan sering mengandung 5 mg/L - 50 mg/L ion logam beracun.

Larutan dalam bejana yang berkonsentrasi tinggi jarang dibuang, akan tetapi jika dibuang, dampak racunnya terhadap air penampungan limbah mungkin besar.

Pembuangan lemak dengan pelarut membuat pelarut itu sendiri menjadi limbah dan limbah di air bilasan. Kebanyakan pelarut itu berbahaya bagi lingkungan karana mengandung: silene, tertrakloro-etilena, metilen klorida, aseton, keton, dan lain – lain. Larutan alkali pembersih pembersih mengandung sianida dan logam yang dilapisi.

Air cucian lantai sering tercemar oleh percikan, tetesan dan tumpahan larutan pembersih, larutan pengupas, dan larutan pelapis.


Pengolahan limbah

  1. Pengolahan limbah Cair

Pengolahan limbah dalam industri pelapisan diutamakan pada penghilangan logam, asam, alkali, sianida dan kadang – kadang pelarut yang membahayakan lingkungan. Karena diperlukannya langkah terpisah untuk menghilangkan masing – masing komponen, maka aliran limbah harus dipisahkan sebelum diolah. Untuk operasi kecil, pengolahan secara batch sering berhasil baik. Pengolahan secara batch memerlukan daya tampung untuk penyamaan dan penetralan, baik sebelum dan sesudah pengolahan.

Biasanya pabrik pelapisan memisahkan aliran limbahnya menjadi limbah yang mengandung sianida, limbah yang mengandung krom, dan sesudah pengolahan.

Sianida dihancurkan dengan oksidasi. Klorinasi basa dengan menggunakan kostik dan kemudian klor ( gas atau hipoklorit ) adalah cara efektif, tetapi harus diikuti penambahan tiosulfat untuk menghilangkan klor. Ozonisasi, hydrogen peroksida dan oksidasi secara elekrolisis juga dipakai secara terbatas. Penghancuran “alami”dengan menggunakan oksidasi dari udara di dalam kolam – kolam besar dapat dugunakan jika tempat tersedia. Pengendapan sianida dengan ferisulfat tidak boleh digunakan, karena efektivitasnya rendah dan menghasilkan gas sianida bebas setelah mengalami pemecahan rumit selama beberapa waktu.

Krom dapat diendapakan sesudah direduksi menjadi bentuk bermartabat tiga, yang kurang beracun. Pada pH rendah belerang dioksida, natrium bisulfit, ferosulfat atau metabisulfat dapat digunakan untuk mereduksi krom bermartabat enam. Larutan krom tereduksi yang dihasilkan biasanya dicampur dengan larutan sianida yang telah diolah dan limbah pelapis lainnya untuk diolah lebih lanjut.

Cara lain pengolahan krom adalah oksidasi langsung dan pengendapan dengan natrium hidrosulfat atau hidrazin, reduksi elektrokimia, penguapan atau penukaran ion.

Logam diendapkan pada pH tinggi dengan penambahan kapur dan/ atau kostik. Logam yang berbeda mengendap pada tingkat pH yang berbeda antara 8–11, sehingga agar pengolahan berlangsung efektif, perlu dilakukan dalam polielektrilit sering digunakan untuk membantu pemisahan zat padat-cair.

Penjernihan perlu dirancang dengan benar agar lumpur hidroksida logam dapat dipisahkan dengan tuntas. Untuk mengurangi volume lumpur digunakan operasi pengurangan air ( meningkatkan kadar padatan dari 2% menjadi 50% ).

Sitem Pengolahan Lain yang Telah Diterapkan pada Industri Elektroplating adalah

  1. Elektodialisis untuk memperoleh kembali ion logam dalam larutan pelapisan

  2. Osmosis balik digunakan untuk memperoleh kembali garam pelapisan dan larutan

  3. Penukaran ion ( proses lain untuk memperoleh kembali logam yang digunakan di banyak pabrik pelapisan ).

  4. Penguapan memerlukan modal dan biaya energi yang tinggi, tetapi telah dipakai di beberapa tempat untuk menghemat biaya logam dan biaya bahan kimia

  5. Saringan pasir bekerja baik pada tahap penghalusan akhir sesudah pengendapan.








Penanganan Limbah cair / Proses penanganan Limbah Cair pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap yaitu :

  1. Pengolah Primer ( Primary Treatment )

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika. Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji saring ( bar screen ). Metode disebut penyaringan ( screening ). Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu tangki ( grit chamber ) atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang berukuran relatif besar. Kedua proses itu disebut sebagai tahap pengolahan awal ( pretreatment).

Setelah melalui proses pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak pengendapan yang biasa disebut sebagai metode pengendapan. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan ( flotation ).

  1. Pengolahan Sekunder ( Secondary Treatment )

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatakan mikroogranisme yang menguraikan/ mendekradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.

Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan, yaitu metode penyaringan dengan tetesan ( trickling filter ), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment pond/lagoons)

  • Metode penyaringan dengan tetesan ( trickling filter )

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan ketebalan ± 1-3 m. Limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampungan dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau saluran ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.

  • Metode activated sludge

Pada metode ini, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan di dalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung di dalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara untuk aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih diperlukan.

  • Metode treatment ponds

Metode ini merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam – kolam terbuka. Algae yang tumbuh di permukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aerob untuk proses penguraian / terkadang juga kolam diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan di dasar kolam, air dapat disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.

Teknik kolam ganggang atau lagoon merupakan cara pengolahan limbah cair dengan memanfaatkan pertumbuhan ganggang fotosintesis dengan proses fakultatif anaerob serta merupakan cara yang paling sederhana dibandingkan cara-cara lainnya. Cara ini sangat cocok untuk negara berkembang. Kebutuhan oksigen hayati (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia (KOK) dapat dikurangi sampai 60-80%. Pada dasarnya teknik kolam ganggang terdiri atas banyak kolam yang terbuat dari semen atau logam dengan kapasitas yang besar dan dilengkapi dengan berbagai peralatan pengendali, pengatur kondisi untuk menumbuhkan ganggang, penyaring, sedimentasi, denitrifikasi, dan klorinasi. Teknik ini dapat dimodifikasi sehingga menjadi peralatan yang sederhana dengan biaya relatif murah bagi industri menengah ke bawah. Modifikasi tersebut pernah dikerjakan di India pada tahun 1970-an dengan menggunakan dua kolam pengolah untuk mengolah limbah cair di pedesaan. Kolam pertama untuk menumbuhkan ganggang dan yang kedua untuk penjernihan. Meskipun demikian masih diperlukan beberapa alat seperti pompa dan bak penyaring.

  1. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat – zat organik telarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam – garaman.

Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatmnet). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir (sand filter), saringan multimedia, precoal filter, microstaning, vacum filter, penyerapan (absorption) dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak – balik.

Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan karena biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

Adapun Proses penanganan Limbah Cair dapat pula dilakukan dengan cara :

  1. Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) yang ada dalam limbah cair / air limbah. Mekanisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa / zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa / zat untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

  • Daya racun zat

  • Waktu kontak yang diperlukan

  • Efektivitas zat

  • Kadar dosis yang digunakan

  • Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

  • Tahan terhadap air

  • Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinisasi), penyinaran dengan ultraviolet atau dengan ozon.

Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan limbah primer, sekunder, atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.



  1. Pengolahan Lumpur ( Sludge Treatment )

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/ dicerna secara anaerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar ( incinerated).


Contoh Alat Penanganan Limbah Cair

System BioFiltration yang diterapkan oleh pemerintah DKI Jakarta mampu menurunkan 90% tingkat efisiensinya. Sehingga Air buangan dari system BioFiltration sudah layak buang sesuai baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta sbb : BOD< 50 mg/l
COD < 80 mg/l
Senyawa Biru Met < 2 mg/l
Minyak & LEmak < 20 mg/l
Amoniak < 10 mg/l
TSS < 50 mg/l
KMnO4 < 85 mg/l
PH 6 - 9
AHLI DALAM DESIGN, PERHITUNGAN, MANUFAKTUR, PABRIKASI, INSTALASI, ALAT / SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH, INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH, INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, SEPTIC TANK, TANGKI FRP, PENANGANAN LIMBAH CAIR KHUSUSNYA PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA ( DOMESTIC WASTE) BAIK BLACK WATER (AIR KOTOR) ATAU GREY WATER( AIR BEKAS) , PENANGANAN MASALAH SANITASI.
System BioFiltration mampu mengolah semua limbah rumah tangga dari segala jenis type bangunan termasuk : Perumahan, hotel, Mall,Gedung perkantoran,Rumah sakit, Klinik, Apartemen, Pertokoan, Sekolahan, Tempat kerja lainnya, Pabrik dan jenis/ tipe bangunan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar